Seperti apa sebenarnya hujan buatan itu? Dan bagaimana terjadinya hujan buatan?
Nah, sebenarnya yang dilakukan manusia adalah memancing awan jenis cumulus untuk menurunkan hujan.
Proses pemancingan ini dikenal dengan sebutan proses penyemaian pada awan. Memang, tidak bisa sembarang awan. Sebelumnya, kita harus memperhatikan awan terlebih dahulu.
Awan jenis cumulus atau yang berbentuk kol adalah awan yang tepat untuk menurunkan hujan. Setelah lokasi awan diketahui, pesawat terbang yang membawa bubuk khusus untuk menurunkan hujan pun diterbangkan menuju awan.
Bubuk khusus tersebut terdiri dari glasiogenik berupa Perak Iodida. Zat itu berfungsi untuk membentuk es.
Peswat juga membawa bubuk untuk “menggabungkan” butir-butir air di awan yang bersifat higroskopis seperti garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl), atau CaCl2 dan Urea.
Pesawat pun siap menyebar bahan-bahan penyemaian ke daerah yang lebih tinggi. Penyebaran bibit hujan juga harus memperhatikan arah angin, kelembaban dan tekanan udara, peluang terjadinya awan.
Soalnya, faktor-faktor tadi pun berpengaruh terhadap turunnya hujan. Bisa saja, lho, karena angin bertiup ke arah yang berlawanan dengan awan, hujan pun batal turun. Akhirnya, usaha hujan buatan hanya sia-sia belaka.
Untuk Indonesia sendiri, hujan buatan ini diperlukan untuk antisipasi kekurangan air di musim kemarau yang panjang. Misalnya, untuk pengisian waduk, danau, untuk keperluan air bersih, irigasi, pembangkit listrik (PLTA), juga antisipasi kebakaran hutan atau lahan dan kabut asap.
Karena hujan buatan ini adalah modifikasi cuaca, tentunya bisa terjadi kapan saja tanpa harus menunggu langit mendung. Kamu juga tak perlu kuatir karena hujan buatan tidak jauh berbeda dengan hujan asli. Rasa airnya tetap asin dan berbau! (SUMBER: KIDNESIA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar